Assalamualaikum Sobat Jalan-jalan Aisyah,
Sejak kecil aku suka membaca karena Ayahku memfasilitasi untuk gemar membaca dengan cara memberikan majalah anak-anak. Mulai dari majalah Bobo, Majalah Donal Bebek, Majalah Ananda dan lain sebagainya.
Kebiasaan gemar membaca ini juga ditularkan oleh kakak-kakak perempuanku karena mereka juga hobi membaca dan membuat kliping. Ibuku juga berlangganan majalah khusus perempuan seperti majalah Kartini, Femina, Nova dan lainnya sehingga pengalaman masa kecilku mengenai membaca itu sangat indah.
Aku jadi teringat ketika duduk di pangkuan Ayahku membaca koran atau sambil menonton berita. Inilah menjadi kultur di rumahku sehingga tanpa aku sadari pengalaman masa kecil ini membuat aku gemar membaca dan akhirnya sekarang menjadi penulis dan blogger.
Ketika aku menikah dan pindah ke Lampung Timur, aku bertemu dengan banyak anak-anak yang kekurangan bacaan, sehingga aku pun membuka taman bacaan di rumahku.
Setiap hari anak-anak berdatangan untuk meminjam buku dan majalah yang aku sediakan, bahkan ada yang membawa pulang. Sayangnya, semakin hari satu persatu buku yang dipinjam tidak dikembalikan sehingga aku pun memutuskan untuk menutup taman bacaanku.
Bertahun kemudian aku pindah ke Bandar Lampung dan aku pun mendirikan perpustakaan keliling bersama teman-teman Forum Lingka Pena. Alhamdulillah berjalan selama 3 tahun, tapi peraturan baru di tempat kami membuka perpustakaan keliling berubah dan kami dilarang untuk membuka di lokasi itu, akhirnya perpustakaan keliling yang kami rintis ditutup.
Pustaka Anak Bangsa dan Perjuangan
Eko Cahyono
Ketika aku membaca profil Eko Cahyono dari Malang aku merasakan semangat yang sama. Ia gigih memperjuangkan merintis perpustakaan keliling dan taman baca sehingga mampu mengentaskan buta huruf pada masyarakat di sekitarnya.
Hebatnya, Eko Cahyono telah memiliki 26 perpustakaan yang bisa diakses warga sepanjang hari. Perpustakaan itu telah tersebar di 35 Desa dari 7 Kecamatan di Kabupaten Malang. Perpustakaan yang berisi beragam dan koleksi ribuan buku bacaan ini buka 24 jam bagi siapapun yang ingin membaca buku secara gratis.
Tak hanya kegiatan membaca, ternyata perpustakaan Pustaka Anak Bangsa sangat banyak kegiatan penunjang seperti: 1. Belajar komputer
2. Nonton film
3. Menjahit
4. Bimbingan belajar
Perjuangan Eko Cahyono ini diapresiasikan dalam penghargaan Satu Indonesia Award di tahun 2012.
Masya Allah, di era digital ini. Masih ada anak muda yang fokus membangun literasi di kampung halamannya. Apresiasi ini dari Astra untuk generasi muda yang berhasil menjadi pelopor dan melakukan perubahan di masyarakat, baik individu maupun kelompok.
Perjuangan Eko Cahyono ini menjadi contoh, bahwa masih ada anak muda yang mau berjuang untuk orang di sekitarnya, tidak egois mau "pintar sendiri" tapi mau rela membagi waktunya untuk kemajuan anak-anak menjemput cita-citanyaewat bacaan.
Dengan banyak membaca, akan terbuka wawasan dan semangat semakin kuat untuk mencapai cita-cita. Nah, sobat semua! Teruslah berjuang agar kamu bisa menjadi orang yang bermanfat bagi orang banyak.
Semoga kisah Eko Cahyono menginspirasi kita semua. Semangat memberikan yang terbaik untuk masyarakat dengan mendirikan perpustakaan untuk membebaskan masyarakat dari buta huruf.
Ini mendorong anak muda saat ini untuk terus mencintai Indonesia dengan cara menularkan semangat berbagi ilmu. melalui program Satu Indonesia Award, Astra berharap dapat lebih mendorong anak-anak muda dalam berkontribusi membangun negeri dan bisa saling berkolaborasi dengan program unggulan dari Kampung Berseri Astra dan Desa Berseri Astra.
Masyaallah...menginspirasi banget, perpustakaannya banyak di berbagai tempat, saya buku di rumah aja kadang gak keurus... 🤦♂️
BalasHapus